Sabtu, 22 Maret 2008

Mengenal Karakter Hati

Maha suci Allah, Dzat yang telah mengaruniakan kepada hamba-hambanyaKemampuannya untuk bermakrifat kepada-Nya. Dan sungguh kemuliaan dan keutamaan manusia yang melebihi makhluk-makhluk ciptaan Allah Iainnya itu adalah ka-ena kemampuan untuk bermmakrifat kepada-nya… Dan sesungguhnya makrifat kepada Allah hanya dapat dilakukan dengan hati (kalbu), bukan dengan anggota tubuh yang lain .
Hatilah yang bergerak menggerakkan untuk mengdekat kepada Allah, bekerja karena-Nya, berjalan menuju-Nya, dan bahkan hanya dengan hati sajalah manusia mampu menyingkap apa-apa yang ada di sisi Allah dan yang ada padanya-Nya Nyatalah bahwa peran dan kedudukan hati atas anggota lainnya adalah teramat vital. Ia seumpama raja yang berkuasa penuh mengatur rakyatnya Kalau sang raja baik, maka ia akan mengatur rakyatnya ke arah yang baik dan menganjurkan mereka agar berbuatyang baik pula, sehingga terhindar dari tujuan- tujuan lain selain Allah.
Tapi sebaliknya, bila rajanya zhalim, jahat, aniaya dan menganjurkan kepada yang munkar, akan terseretlah rakyatnya ke sesuatu selain Allah, yang akibatnya rentetan bencanalah yang akan menimpa rakyat yang diaturnya itu, akibatnya terhijablah mereka dari mengenal Allah SWT. Pantaslah kalau Rasulullah SAW bersabda, “Ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh itu, tetapi hila ia rusak, maka akan rusak pula tubuh itu seluruhnya, Segumpal daging itu adalah hati (kalbu),” (H.R, Bukhari Muslim]
Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Ka’bul Ahbar melalui Aisyah r.a bahwa Nabi SAW bersabda, “Manusia itu kedua matanya adalah pemberi petunjuk, kedua telinganya adalah corong, lidahnya adalah juru bahasa, kedua tangannya adalah sayap, kedua kakinya adalah pos, sedangkan rajanya adalah hati. Maka apabila raja itu baik, maka baik pula tentara-tentaranya” [AI Hadits].
Maka, sungguh meneliti dan mengoreksi hati adalah hal yang perlu terus menerus kita lakukan agar hati kita ini senantiasa terkontrol kondisinya. Ditinjau dari segi hidup- matinya hati, Dr. Ahmad Faridh dalam kitabnya, Tazkiyat An Nufus. Kitab yang berisi pemikiran Imam Ibnu Rajab AI Hambali, AI Hafizh Ibnu Qayyim AI Jauziyah, dan Imam AI Ghazali - membagi hati manusia ke dalam tiga karakter.
1) Hati yang sakit (al Qalbu al Maridh)
Perumpamaan bagi orang yang hatinya sakit adalah ia tak ubahnya seperti gelas kotor dan kusam yang tak pernah dibersihkan, lalu diisi air keruh. Perhatikanlah, bahwa jangankan memasukan sebutir debu yang kasat mata ke dalamnya, benda-benda seperti paku payung, jarum, silet atau pula patahan pisau cutter sekalipun tidak akan tarnpak terlihat. Yang terlihat tak pemah berubah, yaitu hanya kotor dan kusamnya gelas. Perumpamaan lain bagi orang yang hatinya sa kit, ialah ibarat cermin, ia sakit, ialah ibarat cermin, ia adalah cermin yang tidak terawat, sehingga penuh noktah-noktah (titik-titik) hitam.
Mulanya mungkin hanya satu noktah, namun dari hari ke hari noktah tersebut terus bertarrbah. Akibatnya setiap benda, sebagus apapun yang disirnpan di mukanya, akan tarnpak lain pantulan bayangannya. Setidak-tidaknya bayangan benda itu tampak buram dan lebih buruk dari aslinya. Apalagi yang bercermin di depannya, siapapun dia, niscaya akan merasa kecewa.
Sebab, sebagus dan serapih apapun dandanannya, bayangan yang terpantul dari cennin akan tampak buruk dan kusam Begitulah hati yang sakit. la akan tampak penuh noktah hitam dan noktah itu akan terus bertambah” Dari waktu ke waktu, Hari ini melekat noktah riya, esoknya melekat noktah ujub, Lusanya mungkin noktah iri dengki, lain kali noktah berniat buruk, su’uzhon, berkata-kata Sia-sia, lalai menjaga pandangan, dan seterusnya, Akhirnya hati pun penuh tumpukan noktah-noktah hitam. Jadilah ia qolbun maridh! Naudzhibillah.
Orang yang menoorita qolbun maridh (hati yang sakit) akan sulit menilai secara jujur apapun yang tampak di depannya, Melihat orang sukses, timbul iri dengki, Mendapat kawan beroleh karunia rizki, timbul resah, gelisah, dan ujung-ujungnya menjadi benci, Dihadapkan pada siapapun yang memiliki kelebihan, hatinya akan serta merta menyelidki Bibit-Bibit dan kekurangannya, Bila sudah ditemukan hatinya pun akan senang bukan kepalang, Ibarat menemukan barang berharga, ia pun lalu mengumbar dan mengabarkan Bibit dan kekurangan orang itu kepada siapa saja, agar kelebihannya menjadi tenggelam, naudzhubillah Sungguh rnalang dan kasihan orang yang kelakuannya seperti ini, hal ini terjadi karena hatinya yang dibiarkan sakit.
Dari Hudzaifah bin ,AJ Yaman r,a. Rasulullah SAW pemah bersabda, ” Bencana (fitnah) menyerang hati seperti teranianya tikar seutas-seutas, Maka hati yang menerima bintik- bintik fitnah tersebut, akan tertitiklah pada noktah-noktah hitam, sedangkan hati yang tidak menerimanya, akan tergoreslah padanya titik-titik putih, Akibatnya, hati ter-bagi menjadi dua bagian, Pertama, hati yang hitam legam, cekung bagaikan sebuah gayung terbalik (tertelungkup) , Tidak kenal yang rnakruf dan tidak ingkar kepada yang munkar, kecuali apa-apa yang diserap oleh hawa nafsunya, Kedua, hati yang cerah dan putih bersih, yang tidak ternodai fitnah selama bumi dan langit terbentang”[H.R Muslim].
Adapun ciri lainnya dari hati yang sakit adalah cenderung gemar terhadap makanan ruhani yang memudharatkannya, tetapi sangat enggan terhadap santapan ruhani yang bermanfaat Ia biarkan penyakit yang berbahaya karena enggan minum obat yang berguna.Sedang hati yang sehat dan selamat akan menerima obat ruhani yang menyehatkan dan meninggalkan makanan ruhani yang menyesatkan dan membahayakan.
Padahal sungguh tiada santapan ruhani yang paling bermanfaat, selain iman, sedangkan sedangkan obatnya yang paling efektif ialah mernbaca AI-Quran. Walhasil, hati yang sakit adalah hati yang hidup, namun mengandung penyakit. Di dalam qolbun maridh disatu pihak terdapat mahabbah (kecintaan) kepada Allah: iman, ikhlas, dan tawakkal kepada-Nya. Di pihak lain, terdapat rasa cinta terhadap hawa nafsu, rasa tamak untuk meraih kesenangan, mementingkan kehidupan dunia, dan hal-hal lainnya.
Padahal hati serupa bejana, selama bejana itu berisi air, rnaka udara tidak akan bisa masuk Begitu pula hati yang disibukan dengan hawa nafsu, sifat tamak, dan mementingkan dunia sehingga lalai terhadap Allah, maka tidak akan dapat masuk ke dalam hati tersebut perasaan makrifat dan penampakan keagungan Allah SWT Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, “Andaikan syetan-syetan itu tidak mengerubungi hati anak Adam, niscaya mereka dapat memandang ke alam malaikat yang ada di langit” [H. R. Ahmad]
2. Hati yang mati (at Qatbu at Mayyit)
Hati yang mati adalah hati yang sepenuhnya dikuasai hawa nafsu sehingga ia terhijab dari mengenal Tuhannya. Hari-harinya adalah hari-hari penuh kesombongan terhadap allah, sama sekali ia tidak mau beribadah kepada-Nya, dia juga tidak mau menjalankan perintah dan apa-apa yang diridhai-Nya. Hati model ini berada dan berjalan bersama hawa nafsu dan keinginan-nya walaupun sebenarya hal itu dibenci dan dimurkai Allah. Ia sudah tak peduli, apakah Allah ridha kepadanya atau tidak? Sungguh, ia telah berhamba kepada selain Allah Bila mencintai sesuatu, ia mencintainya karena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak, mencegah, membenci sesuatu juga karena hawa nafsunya.Hawa nafsu telah menguasai dan bahkan menjadi pemimpin dan pengendali bagi dirinya. Kebodohan dan kelalaian adalah sopirnya. Kemana saja ia bergerak, maka gerakannya benar-benar telah diselubungi oleh pola pikir meraih kesenangan duniawi semata. Pendek kata, hatinya telah tertutup oleh lapisan kegelapan cinta dunia dan mempertaruhkan hawa nafsu.